Search This Blog

Thursday, December 15, 2011

Bepergian antar negara di Eropa

Bepergian ke Roma – Paris series

**http://webywebyweby.wordpress.com
Negara-negara di Eropa letaknya sangat berdekatan satu sama lain, sehingga bepergian antar negara di Eropa boleh dibilang cukup cepat dan murah. Ketika ke Paris, saya juga sempat mengunjungi kota Roma, yang mana Italia bertetangga dekat dengan Prancis. Sebagian orang berpikir harus keluar banyak duit ya supaya bisa jalan-jalan ke banyak negara sekaligus di Eropa. Saya bilang: tidak juga sih. Selain jarak yang dekat yang menyebabkan transportasi murah, kuncinya adalah persiapan perjalanan yang baik. Istri saya sangat cekatan dan penuh dengan segala persiapan mengenai perjalanan Sabtu-Minggu kami ini ke Roma, boleh dibilang dialah Ratu Persiapan Perjalanan abad ini hahaha!
kopor

Tips pertama: belilah tiket pesawat jauh-jauh hari pada jam/hari yang “tidak enak”. Berdasarkan pengalaman kami dengan AirAsia, maskapai selalu menawarkan tiket murah jika kita membeli jauh-jauh hari, terutama pada hari dan jam yang tidak pas buat berperjalanan, seperti misalnya hari Kamis subuh atau Selasa tengah malam. Kami juga melakukan hal yang sama dengan perjalanan ke Roma ini. Untuk tiket Paris-Roma, kami menggunakan pesawat Ryanair yang sudah dipesan semenjak bulan Juli untuk perjalanan November yang berangkat hari Sabtu (terpaksa hari Sabtu deh) jam 9 pagi. Bayangkan kami dapat tiket seharga 12 euro/orang, ini hampir setara dengan Rp. 140.000,- lho! Sedangkan untuk tiket Roma-Paris, kami naik pesawat Vueling Air dengan harga tiket yang sedikit lebih “mahal”, sekitar 20 Euro/orang (Rp. 240.000,-) di hari Minggu jam 21:00.
Tips kedua: reservasi kamar hotel jauh-jauh hari ditempat yang strategis. Harga sewa kamar hotel tidak bervariasi terlalu banyak, tetapi yang jelas melakukan pemesanan kamar hotel lebih awal selalu lebih baik. Banyak hal tidak menyenangkan yang bisa dihindari seperti kehabisan kamar karena ada hari besar nasional, dapat hotel didaerah yang menyeramkan atau rawan tindak kejahatan, dapat hotel yang mahal karena tidak sempat membandingkan harga hotel, dlsb. Berdasarkan buku Traveller Rome, kami musti mendapatkan hotel di daerah yang tidak terlalu jauh dari situs-situs wisata ataupun stasiun Termini. Stasiun Termini ini adalah mbahnya stasiun kereta api di kota Roma, hampir semua kereta api segala jurusan ada disini. Akhirnya setelah membanding-bandingkan banyak hotel di Roma, kami memutuskan mengambil hotel yang tidak jauh dari stasiun Termini, yaitu Hotel Donatello.
Tips ketiga: siapkan uang saku yang cukup. Cukup dalam artian bukan “cukup buat nginap di hotel bintang 5… cukup buat naik pesawat kelas satu…dst”, melainkan jumlahnya tidak berlebihan. Cukup untuk makan standar dan transportasi dalam kota yang murah seperti kereta api bawah tanah. Begitu lah tips yang bisa dibagi, sekarang mari kita berperjalanan!
Paris – Beauvais
Tiket murah biasanya memberikan konsekuensi tersendiri dalam banyak hal. Di Paris, maskapai Ryanair tidak dilayani bandara besar seperti Charles De Gaulle ataupun Orly, tapi hanya dilayani oleh bandara khusus low cost carrier, namanya bandara Beauvais dan letaknya benar-benar jauh dari Paris, sekitar 80 kilometer jauhnya!! Edan! Naik taxi hakul yakin mustahil, habisnya bisa 120-160 Euro sendiri, lebih mahal dari tiket pesawat Paris-Roma pp bok. Cari-cari info lewat Google, ternyata ada shuttle bus khusus dari daerah Porte Maillot ke bandara Beauvais dengan biaya 13 euro saja. Fiuuh.. Untung saja dapat transport murah. Selidik punya selidik, untuk naik bus ini kami harus datang ke terminal bus tersebut 3 jam 15 menit sebelum keberangkatan pesawat. Heh?!! Dengan jadwal pesawat kami yang jam 09:00 pagi, itu berarti kami sudah harus di terminal shuttle bus jam 05:45 dan itu berarti harus berangkat dari hotel tempat kami menginap minimal jam 05:30 pagi. Berhubung lagi musim dingin yang paginya lebih lambat datangnya, ini kira-kira setara berangkat jam 03:30-an di Indonesia. Untunglah Metro Paris beroperasi paling pagi jam 05:30, pas lah.
bus to beauvais

Ditengah dinginnya pagi buta kota Paris, kami berdua berjalan agak cepat menuju stasiun Metro La Defense yang dekat dengan hotel kami menginap. Karena hanya pergi sebentar saja, kami hanya membawa satu tas ransel kecil. Kami bergegas menuju stasiun Metro La Defense yang sangat sepi, hanya beberapa manusia saja yang sudah menanti Metro. Teng, pas jam 05:30 kereta Metro sudah menyambut kami, kami pun melompat ke dalam Metro. Sesampai di Porte Maillot, kami cepat-cepat keluar dari stasiun Metro dan mengitari Palais de Congres. Di terminal bus itu sudah terdapat tiga bus yang menanti penumpangnya, satu bus sudah kelihatan agak penuh. Kami segera saja ke loket tiket untuk membeli tiket bus.
loket tiket shuttle bus ke beauvais

Cukup gelap juga terminalnya karena minim lampu (namanya juga terminal bus untuk bandara low cost carrier, apa aja dihemat lah!haha). Kami memilih duduk dibangku nomor tiga dari depan karena memang bus sudah mulai penuh. Tak berapa lama bus mulai bergerak dan segera membelah jalan-jalan pinggiran kota Paris serta menuju semacam jalan tol keluar kota. Ini jalan tol benar-benar sepi, gelap dan tidak terdapat perumahan sedikit pun. Kebayang bete sekali kalau tiba-tiba busnya mogok disini.
Beauvais – Roma
Sekitar hampir dua jam kami berperjalanan dengan shuttle bus ini ditengah gelapnya jalanan, akhirnya bus keluar dari jalan bebas hambatan, berbelok ke suatu kompleks bangunan dan berhenti di bangunan yang cukup apik namun sederhana. Sekilas mirip bandara Halim Perdanakusuma, tetapi jauh lebih modern dan baru. Kami segera bergegas menuju loket maskapai Ryanair untuk check-in. Selain Ryanair, ada beberapa loket maskapai lain seperti Sterling, Blue Air, Norwegian Air Shuttle dan Wizzair. Tujuannya bermacam-macam, ada yang ke Barcelona, Milan, Roma, dlsb. Standar saja check-in dimana-mana, kami harus menunjukkan tiket, paspor dan tentu saja ditanya apakah bawa bagasi atau tidak.
Selesai check-in kami tentu saja harus mengisi perut dulu, karena tahu lah kalau makanan di atas pesawat pastinya harga-harga lebih mahal daripada didarat. Banyak sekali cafe dan resto cepat saji disini. Kami memilih sandwich ayam dan jus jeruk, nyam-nyam-nyam, perut segera kenyang sesudahnya. Segera lah kami mengantri untuk masuk ruang keberangkatan (boarding room). Antrinya bener-bener gila-gilaan. Berjalan lambat karena penumpangnya banyak sekali dan pemeriksaannya juga berjalan lambat.
beauvais

Pemeriksaan untuk masuk ruang keberangkatan di bandara ini ternyata sangat rese’ (belakangan saya ketahui ternyata bandara besar seperti Charles de Gaulle menerapkan standar pemeriksaan yang sama). Semua barang elektronik, kunci, dompet, sabuk, jaket hangat dan sepatu boot harus masuk mesin X-ray. Alhasil, saya tanggalkan semuanya dan berasa seperti telanjang saja karena tinggal memakai baju, celana jeans tanpa sabuk dan kaos kaki saja ketika masuk melalui mesin detektor. Pemeriksaan ini sudah standar sampai-sampai di ruang keberangkatan sudah disediakan ruang khusus seperti ruang ganti di toko baju untuk berbenah kembali setelah pemeriksaan. Orang Prancis memang perhatian sama penampilan!
Saya terlupa bahwa tidak diperbolehkan membawa cairan didalam bagasi dengan volume lebih dari 100 mL. Ketika itu saya membawa Rexona roll-on. Petugas menanyai saya dengan bahasa Prancis, saya hanya menggeleng saja. Dia kemudian menanyakan dalam bahasa Inggris benda apakah itu. Saya jawab itu deodoran. Saya diminta untuk membungkus dengan plastik transparan atau meninggalkan deodoran itu di bandara. Saya bilang “just leave it here” karena saya tidak mau mengulang ngantri dan sepertinya jawaban itu yang diharapkan petugas bandara. Dasar! Rexona saya dilempar ke kardus kecil yang berisikan barang-barang terlarang sejenis seperti parfum, gunting kecil, pemotong kuku dll.
Ruang keberangkatannya cukup kecil. Kami bisa melihat keadaan diluar bandara yang sudah terang benderang karena hari semakin siang. Semua pesawat yang akan berangkat terlihat berjejer dengan rapi. Sambil bercakap-cakap di ruang keberangkatan, kami melihat penumpang yang antri ke pesawat dengan tujuan ke Barcelona, Spanyol. Setelah mereka sudah masuk ke dalam pesawat, giliran kami yang akan ke Roma dipanggil. Ngantri dimana saja tetap ngantri, pake desek2an dan rebut2an, berasa di Indonesia aja lah pokoknya hehehe. Tak berapa lama, kami pun sudah memasuki badan pesawat.
Karena sudah terbiasa menggunakan maskapai AirAsia, tentu saja kami tidak kagok dengan memilih tempat duduk sendiri didalam pesawat. Tempat duduk pesawatnya 3-3, kami memilih duduk dekat jendel. Kami lihat beberapa penumpang ada yang kebingungan mencocokkan nomor tiket dengan nomor tempat duduknya, ya nggak bakal ketemu lah jreng…
WHUZZZ!!! Pesawat pun akhirnya mengudara meninggalkan Paris. Terlihat dari atas disekitar bandara Beauvais tidak ada apa-apa kecuali padang rumput saja. Kami duduk rileks, bercakap-cakap sedikit dan akhirnya tertidur karena masih mengantuk secara berangkat ke bandara saja sebelum subuh. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 2 jam penuh, hampir sama dengan Jakarta – Balikpapan lah.
Aeroporto Roma Ciampino
Roma mempunyai dua bandara, yang satu bandara besarnya, yaitu bandara Roma Leonardo Da Vinci Fiumicino. Sedangkan bandara untuk pesawat low cost carrier adalah bandara Ciampino. Karena kami menggunakan Ryanair, tentu saja kami akan mendarat di bandara Ciampino yang mana sudah saya ketahui dari internet maupun dari buku Traveler Rome. Kebetulan kami pulang menggunakan pesawat ValuAir, jadi nanti berangkatnya dari Fiumicino ke Charles de Gaulle.
Pesawat mendarat dengan mulus dibandara Ciampino, kami lihat diluar cuaca sangat cerah, banyak matahari tanpa awan. Baru sadar deh betapa menyenangkannya tinggal di negara yang sinar mataharinya berlimpah seperti Indonesia.
Ada yang menarik ketika pesawat kami telah mendarat (thanks to Bowo udah ngingetin!). Di speaker pesawat terdengar suara pramugari memberikan pengumuman-pengumuman. Kurang lebih kata-katanya “Pesawat ini telah mendarat di bandara Roma Ciampino dengan catatan waktu 15 menit lebih awal. Ini artinya sampai saat ini Ryanair telah menerbangkan pesawat xxx ribu kali dan sampai saat ini tak satu pun penerbangan Ryanair yang terlambat. Suatu capaian prestasi untuk penerbangan di benua Eropa!”. Terdengar suara rekaman teriakan ”HOREEEEE!!!” serta diiringi suara riuh rendah tepuk tangan ”PLOK PLOK PLOK!!!….” dan tak lupa bunyi terompetnya “TETT TETT TOEEETTT!!”. Muji diri sendiri, ngasih tepuk tangan sendiri, heboh sendiri hehehe… Beberapa penumpang yang baru pertama kali naik Ryanair, seperti kami, terdengar tertawa kecil.
Bandara Ciampino dan bandara Beauvais nilainya 11-12, alias beda-beda tipis saja. Kalau di Beauvais untuk menaiki pesawat kami berjalan kaki dari bandara ke pesawat, sedangkan di Ciampino untuk mencapai ke ruang kedatangan, kami diangkut menggunakan bis bandara. Cepat-cepat saja kami mencari tempat yang enak untuk berdiri didalam bus. Mulai deh penumpang lain menyerocos satu sama lain, pake bahasa Inggris, Italia, Prancis dan tentu saja Indonesia hehehe.
Ugh! Ternyata Roma cukup panas! Kami agak salah perkiraan karena masih menggunakan jaket tebal yang cocok dengan udara Paris. Bukannya sok, tapi memang suhu di kota Roma lebih hangat daripada di Paris. Menurut perkiraan cuaca yang kami lihat sehari sebelumnya, suhu di Roma berkisar antara 15-18 derajat Celcius. Bandingkan dengan Paris yang biasanya berkisar 7-10 derajat Celcius. Kami yang sudah seminggu di Paris, tentu saja sudah terbiasa dengan hawa dingin dan angin Paris, bagi kami Roma agak panas sedikit. Bus akhirnya berhenti dan penumpang dipersilahkan memasuki ruang kedatangan.
Ga tahu gimana, di bandara Ciampino ini tidak memberlakukan pemeriksaan paspor kepada penumpang yang baru datang. Tidak ada loket pemeriksaan seperti halnya di Beauvais ataupun bandara udara kelas internasional lainnya. Aneh juga ya, padahal ini kan penerbangan antar-negara? Kami cuek saja dan terus melengang kangkung melewati pintu keluar.
Menurut petunjuk dari bapak presiden, eh salah.. dari buku Traveler Rome, transportasi dari bandara Ciampino ke Roma menggunakan shuttle bus Cotral dulu, kemudian turun di stasiun Anagnina. Dari stasiun Anagnina, kita naik kereta listrik bawah tanah Met.Ro (Metropolitan Roma) Linea B dan kemudian turun di stasiun Termini. Hotel tempat kami menginap cukup dekat jaraknya dengan stasiun Termini. Oke, tancap deh ke Anagnina naik bus.
Masalah mulai muncul ketika kami keluar dari bandara. Bandara ini tidak informatif mengenai bus mana yang ke terminal Termini karena disana banyak bus dengan berbagai jurusan. Kami balik lagi kedalam bandara dan melihat banyak penumpang yang mengerubungi satu loket. Kami pun ikut-ikutan mengerubung dengan harapan ada informasi mengenai transportasi ke Roma. Mirip dengan Indonesia, antrinya semrawut, ga jelas siapa yang datang duluan, siapa yang datang belakangan.
Rupanya loket itu memang loket pembelian tiket bus, tapi bus ke tujuan lain, bukan ke Anagnina. Wah, gimana nih? Kami lihat petugas tersebut rupanya sudah biasa bekerja serabutan, ya jadi petugas tiket, ya jadi pemberi informasi. Dia dengan sabar melayani penumpang yang membeli tiket bus ataupun penumpang yang sekedar bertanya-tanya. Si Petugas loket itu ternyata mahir sekali menggunakan berbagai macam bahasa, dia bisa bahasa Italia (tentunya!), Prancis, Inggris dan juga Jerman. Sekalian saja kami bertanya ke mas-mas yang jaga loket tiket itu.
“English? Francais?” tanya petugas loket itu bertanya kepada saya karena sudah mahfum saya pasti orang asing.
Saya menjawab pake bahasa Inggris dan bertanya bus Cotral yang ke Anagnina itu bus yang disebelah mana. Berhubung ini di Italia, maka saya sebisa mungkin tidak menimbulkan kebingungan dalam pengucapan lokasi dalam bahasa Italia. Dalam bahasa Italia, pengucapan Anagnina itu kurang lebih diucapkan sebagai “ana-nyi-na”. (Istri saya mengajari saya dengan sabar masalah pengucapan nama-nama lokasi Italia, thank you sayang!). Petugas loket tersebut menjelaskan bahwa saya bisa antri di luar dan ada bus yang sudah siap berangkat ke Anagnina. “Grazie” jawab saya mengucapkan terima kasih dalam bahasa Italia. Petugas loket terlihat senang saya bisa mengucapkan sepatah kata Italia.
Kami berjalan keluar dari gedung bandara Ciampino. Ternyata bus yang dimaksudkan itu tidak jauh dari pintu keluar. Busnya tidak terlalu baru. Kami diharuskan membayar terlebih dahulu ke sopir bis tersebut sebelum naik. Murah kok, cuma 2 euro per orang. Kami memilih tempat duduk paling belakang karena hanya itu tempat yang kosong. Bisnya tidak menggunakan pendingin ruang dan tentu saja memaksa kami mencopot jaket. Bis mulai berderak berjalan. Tidak seringsek yang kami kira ternyata dan bus ini benar-benar menggunakan AC alias Angin Cendela hahaha!
Ciampino to Anagnina

Stasiun Anagnina mirip dengan stasiun-stasiun di Indonesia, ada banyak pedagang kaki lima menggelar dagangan! Kami bergegas menuruni tangga ke bawah tanah dan mencari loket tiket. Ada banyak mesin-mesin penjual tiket disana. Bahasa Prancis untuk tiket dan bahasa Italia untuk tiket tidak jauh berbeda, sehingga kami yang terbiasa dengan bahasa Prancis bisa nebak-nebak arti biglietto yang sama artinya dengan billet. Kami membeli dua lembar daily integrated ticket. Artinya tiket ini bisa kita gunakan sepuasnya untuk naik Met.Ro seharian penuh.
Saya melihat nama-nama stasiun yang akan dilintasi Metro yang kami tumpangi mulai dari Anagnina ke stasiun Termini. Namanya lucu-lucu, kayak pemain bola asal Italia hihihi. Yang kelihatan difoto atas adalah Battistini, Cornelia, Baldo degli Ubaldi, Valle Aurelia, Cipro, Ottaviano, Lepanto, Flaminio, Spagna, Barberini, Repubblica, Termini, Vittorio Emanuelle, Manzoni, dst.
Suasana gerbong Metro Roma ini sangat lengang, sehingga kami bebas memilih duduk selonjor dibangku. Sambil duduk-duduk, saya ingin sedikit belajar bahasa Italia. Pertama-tama, kami harus mulai membiasakan diri dengan petunjuk-petunjuk di stasiun. Jika di Paris kami terbiasa dengan kata entrée yang artinya masuk, maka kami harus membiasakan melihat entrata di seluruh stasiun Metro. Demikian juga dengan kata sortie (keluar) yang dengan mudah ditemukan di stasiun Metro Paris, maka kami disini sudah harus gerak cepat keluar dari stasiun dengan petunjuk uscita.
Didalam gerbong Metro Roma kuping kami mulai terbiasa dengan pengumuman di dalam gerbong seperti prossima fermata..cinecitta…sinistra dengan suara berat laki-laki. Ini artinya kurang lebih “perhentian berikutnya..cinecitta..kiri”. Kami pada awalnya bingung, apa maksundya ngasih tahu kiri atau kanan (destra) setiap stasiun. Ternyata kalau mau keluar kami diharuskan lewat pintu kanan atau kiri, tergantung stasiunnya… Oooo gitu tho!
Akhirnya tiba juga kami di stasiun Termini yang merupakan stasiun besar di Roma. Wawww! Roma! Kami dataaaaangg!!!

No comments:

Post a Comment