Search This Blog

Friday, December 30, 2011

Mulai bulan Maret, udara menghangat

Ketika Momiji Tiba
Penulis : Nurul Rochayati

APA yang membuat masyakarat Jepang begitu unik? Pada umumnya, bangsa Jepang dikenal karena penguasaan teknologi mereka yang luar biasa yang menyejajarkan mereka dengan bangsa-bangsa paling maju di muka bumi. 

Itulah buah manis dari perilaku disiplin dan kerja keras yang mengalir deras di darah mereka. Dan siapa pula yang bisa menafikkan besarnya penghargaan bangsa Jepang terhadap warisan budaya.

Namun tahukah anda bahwa budaya di Jepang lestari berkat kebiasaan merayakan pergantian musim dengan berbagai ritual dan kebiasaan keluarga? Perayaan-perayaan atau disebut matsuri ini terus ada sepanjang tahun dan menjadi sarana paling efektif bagi bangsa Jepang untuk melestarikan budaya mereka. Tak hanya itu, matsuridi Jepang menjadi daya tarik pariwisata tersendiri negeri matahari terbit itu.

Jepang mengalami pergantian empat musim dalam setahun. Pada bulan Desember hingga Februari, hawa dingin akan menyelimuti seluruh Jepang, dengan salju hanya ajeg turun di wilayah utara seperti Hokkaido. Inilah musim dingin, atau lazim disebut fuyu (冬/ふゆ).Di musim ini, masyarakat mengeluarkan peralatan ski mereka dan berbondong-bondong menuju tempat ski. Sebagian bepergian khusus ke Hokkaido untuk menikmati fuyu matsuri atau perayaan musim dingin yang terkenal itu.

Bepergian atau tidak, inilah waktu bagi masyarakat Jepang untuk menggulung kaki mereka di bawah meja penghangat yang mereka gunakan juga sebagai meja makan. Meja penghangat ini lazim disebut kotatsu (こたつ). Hampir semua keluarga jepang memiliki kotatsu dengan beraneka macam rupa selimut yang diletakkan diatas mesin penghangat. Namun satu hal yang seragam, mereka selalu meletakkan jeruk manis dalam sebuah wadah diatas kotatsu tersebut.

Mulai bulan Maret, perlahan udara akan menghangat. Saat inilah masyarakat Jepang akan menyambut waktu dimana bunga Sakura bermekaran, khususnya di bulan April. Di musim semi atau disebut haru (はる) inilah, masyarakat bersuka cita dengan menggelar berbagai perayaan dan kegiataan yang berhubungan dengan bunga sakura. 

Yang paling menyenangkan tentu berpiknik bersama keluarga di bawah kerindangan bunga sakura di taman-taman atau kuil-kuil. Piknik massal ini pada umumnya hanya berlangsung selama dua atau tiga minggu karena setelah itu bunga sakura akan berguguran. Bunga cantik ini rupanya memiliki usia yang sangat pendek. Itulah alasan mengapa masyarakat Jepang melihat masa muda seumpama bunga sakura. Indah tapi singkat. Dan muda mudi Jepang masa kini memilih untuk mengartikan makna bunga sakura dengan mengisi masa muda mereka dengan bersenang-senang dan hidup sesuka hati.

Seiring dengan bergugurnya bunga sakura, tibalah musim panas atau natsu (なつ) yang akan menyelimuti Jepang dari bulan Juni hingga Agustus. Di bulan-bulan inilah masyarakat Jepang menyelenggarakan berbagai jenis matsuriuntuk mensyukuri hari-hari yang akan terus disinari matahari. Gadis cilik, remaja putri hingga ibu-ibu keluar rumah dengan memakai pakaian tradisional musim panas yang disebut yukata (ゆかた).Yukata-yukata wanita itu indah dan cerah ceria dengan motif bunga beraneka rupa, bola-bola hingga kembang api. Mereka berdandan sangat cantik dan berjalan menggunakan selop khusus bernama geta下駄げた). Sedang yang pria juga memakai yukata pria, namun umumnya berwarna gelap dan bermotif sederhana.

Mereka pergi ke berbagai matsuridi musim panas. Matsuri yang terbesar dan tertua adalah Gion Matsuri di kota tua Kyoto yang diselenggarakan selama 3 hari 3 malam. Musim panas di Jepang makin semarak dengan pesta kembang api yang dikenal dengan sebutan hanabi (花火はなび).  Hanabi terbesar diselenggarakan di dua kota, Tokyo dengan sumidagawa hanabi dan Kyoto dengan uji hanabi taikai.

Kemeriahan perayaan musim panas berakhir di bulan September seiring dengan suhu udara yang kian turun. Masyarakat Jepang mulai mengeluarkan pakaian mereka yang lebih tebal dan bersiap menyambut tiga bulan yang indah. Tiga bulan ini adalah musim gugur. Sebuah musim yang oleh masyarakat Jepang dikenal dengan nama aki (あき). Dan di tengah bulan desember inilah, perayaan musim gugur di Jepang baru saja berakhir. 

Keelokan dan keindahan musim gugur di Jepang disumbang oleh daun-daun yang berubah warna. Perubahan warna daun di musim gugur ini dikenal dengan nama kouyou (紅葉こうよう) atau momiji (もみじ).  

 
Tak lagi didominasi warna hijau seperti di musim panas, pemandangan jalan, sungai atau pegunungan di Jepang diwarnai oleh daun aneka warna. Tak kurang dari 5 warna terpampang di pelupuk mata; merah, merah muda, kuning, oranye dan coklat. Warna terindah dan yang paling dicari tentu adalah warna merah yang muncul dari daun maple. Sebuah daun lima cabang yang merupakan daun khas musim gugur. Daun ini tidak serta merta berubah menjadi merah. Paling tidak ada dua tahapan warna kuning dan oranye sebelum dia menjadi merah sempurna.

Yang menarik, masyarakat Jepang menandai kecepatan perubahan warna ini dengan suhu udara. Jika terdapat perbedaan suhu udara yang mencolok antara siang dan malam hari yang berkepanjangan, maka warna daun akan cepat berubah menjadi merah. 

Selain itu, waktu perubahan berlainan di tiap daerah. Jepang akan memerah, begitu mereka menyebutnya, dari wilayah utara di Hokkaido dan perlahan merembet ke arah selatan. Yang unik, daerah paling selatan yaitu Pulau Okinawa menjadi satu-satunya daerah yang tidak mengalami kouyou/ momiji. Pulau ini tidak banyak berbeda dari Hawaii bagi masyarakat Amerika, hangat sepanjang tahun.

Tidak ubahnya di musim-musim lainnya, musim gugur ini disambut dengan suka cita oleh masyarakat Jepang. Meski mulai mengenakan pakaian yang tebal, mereka tetap bersemangat keluar rumah, menenteng kamera dan menikmati perubahan warna pemandangan di seliling mereka. Ritual berwisata untuk melihat perubahan warna musim gugur ini disebut momiji gari

Seperti halnya di musim sakura, masyarakat Jepang berduyun-duyun menuju tempat wisata yang menyajikan perubahan warna daun yang paling indah atau spektakuler.

Umumnya, tempat wisata itu adalah kuil Budha(otera/おてらお寺), kuil Shinto (jinja/神社じんじゃ), istana / castle, sungai hingga pegunungan. Dan untuk mengetahui tempat-tempat terindah, masyarakat Jepang sudah hapal betul, khususnya di daerah tinggal masing-masing. Namun, mereka tidak sedikitpun surut untuk bepergian ke daerah lain yang terkenal dengan pemandangan kouyou-nya. Dan daerah yang paling banyak dikunjungi tidak lain tidak bukan adalah Kyoto.

Bagi kami, mahasiswa Indonesia yang beruntung bersekolah di Kyoto, ini adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Karena di kota yang pernah menjadi ibu kota Jepang selama ratusan tahun ini, berdiri tempat-tempat paling fantastis untuk dikunjungi baik di musim gugur maupun musim sakura. 

Momijia-an Yuk 
Petualangan mengunjungi tempat-tempat ini menjadi keasyikan tersendiri di sela-sela kesibukan belajar ataupun menulis tesis. Jika di Indonesia ada acara wisata mengunjungi tempat makan terkenal, maka kami pun punya ritual wisata kouyou. “Momiji-an yuk” , begitu kalimat khas yang sering kami lontarkan di musim gugur. Kami dengan senang hati berbagai cerita petualangan kami di musim gugur di Jepang, dengan harapan bisa berbagi kebahagiaan sekaligus bisa pula dijadikan tips bagi kawan Indonesia yang berniat melancong ke Jepang di musim gugur.

Dengan tidak mengecilkan tempat-tempat indah lain di Jepang, tulisan ini akan lebih banyak bercerita tentang tujuan wisata momiji di Kyoto dan daerah sekitarnya. Tujuan wisata paling terkenal untuk momiji di Kyoto tidak beranjak dari tempat-tempat berikut; Arashiyama, Kiyomizu-dera, Kuil Tofukuji, dan Taman Nara Park. Dan waktu yang paling tepat untuk mengunjungi tempat-tempat ini adalah minggu ketiga November hingga awal desember.

Arashiyama merupakan daerah pegunungan di bagian barat Kyoto. Untuk menikmatimomiji, pengunjung bisa berjalan kaki menuju area terbuka dekat danau. Bila ingin mendapatkan pengalaman lebih, pengunjung bisa naik sebuah kereta tua yang dinamakanromantic train dari Arashiyama menuju Kameoka. Pilihan jalur air bisa jadi alternatif menarik karena pengunjung bisa naik perahu karet dari Kameoka kembali ke Arashiyama.

Sajian alam terbuka bisa didapat pula di Taman Nara yang terletak di daerah Nara, 30 menit naik kereta dari Kyoto ke arah Barat. Taman ini sangat terkenal karena hidup puluhan, bahkan ratusan kijang di pelataran taman luas yang terletak tak jauh dari kuil Daitokuji yang di dalamnya terdapat patung Budha terbesar di Asia. Disinilah, pengunjung akan dimanjakan dengan dedaunan kuning yang tersebar di seluruh taman layaknya permadani.

Bagi mereka yang senang mengkombinasikan wisata momiji dengan sentuhan tradisional, kiyomizu-dera bisa jadi pilihan tepat. Rangkaian kuil yang terletak di bagian timur Kyoto ini menyajikan pemandangan daun merah sekaligus kota Kyoto itu sendiri. Aroma serupa bisa didapat ketika berkunjung di kuil Tofukuji. Kuil ini menjadi sangat ramai di musim gugur karena memiliki taman khusus pohon maple. Berfoto di jembatan tofukuji tepat di depan taman tersebut adalah incaran semua turis.

Jika berkunjung ke tempat-tempat tersebut, bersiaplah untuk berbagi dengan ratusan bahkan ribuan turis yang ingin menikmati pemandangan serupa. Tak jarang, turis harus antri untuk memasuki tempat wisata atau hanya berfoto di lokasi strategis. Namun bagi mereka yang enggan berdesak-desak dengan turis lain, jangan khawatir. Kyoto masih menyimpan puluhan tempat lain yang tidak kalah indah.

Sebutlah kuil Eikando, yang terletak di sebelah Kuil Nanzenji. Letaknya yang terselubung membuat kuil ini tidak banyak dikunjungi. Namun di musim gugur, tidak perlu khawatir. Adanya light up atau pesta lampu membuat tempat ini mudah dikenali khususnya di malam hari. Jadi jika anda berada di sekitar Nanzenji, berkunjunglah ke Eikando dan Nyakuoji.

Anda yang menyukai petualangan tentu tertarik untuk berkunjung ke Kuil Enryakuji. Kuil ini terletak di pegunungan Heizian. Magnet momiji tersebar di taman-taman yang berada di dekat kuil utama maupun di jalan-jalan yang menghubungkan kuil utama dengan kuil-kuil lain di wilayah pegunungan Heizian.  Pengunjung bisa berjalan-jalan antar kuil dengan berjalan kaki atau bis.

Jika masih ingin melanjutkan petualangan momiji gari, Ishiyama dera di wilayah Otsu Shiga bisa menjadi pilihan menarik. Disini, pengunjung tidak hanya disuguhi rangkaian kuil berundak yang membentuk bukit kecil tetapi juga pemandangan Kota Shiga dari atas. 

Selain itu, di puncak bukit terdapat sebuah museum yang khusus memajang pernak pernik cerita legendaries Jepang, Genji Monogatari (Tale of Genji /Cerita Genji). Genji monogatari sendiri memang mengambil latar belakang di wilayah Uji dan Shiga. Jadi, berkunjung ke Ishiyama dera di musim gugur tak ubahnya wisata momiji dengan balutan cerita legenda masa lalu.

Petualangan masih bisa berlanjut jika anda bertekad melakukan perjalanan naik gunung ke gunung Daimonji. Gunung ini sebenarnya lebih terkenal karena festival Daimonji, dimana di gunung ini tertancap puluhan sumbu api yang membentuk huruf  大  (大きいooki) yang berarti besar. Festival ini dilakukan di akhir musim panas pada waktu yang disebut obong

Dalam perayaan obong, dimana masyarakat akan melepaskan kembali arwah para leluhur ke langit dengan cara menyalakan sumbu api berbentuk simbol-simbol tertentu di 7 titik tertinggi di seluruh Kyoto. Simbol-simbol dari api tersebut dimaksudkan untuk menerangi arwah para leluhur kembali tanpa tersesat. Namun di musim gugur, Daimonji berubah cantik dengan sajian warna daun-daun merah, kuning, dan oranye sepanjang mata memandang. Sungguh pemandangan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Bagi Anda yang datang di awal Desember ke Kyoto, jangan khawatir. Kuil Ninnaji masih menyimpan keindahan momiji karena daun maple dan daun lain selalu paling lambat berubah warna di kuil ini. Maka jika anda berkunjung ke wilayah Barat Daya Kyoto, berkunjunglah ke kuil ini bersamaan dengan 2 kuil terkenal lainnya, Kuil Emas atau Kinkakuji dan Kuil Ryoanji. 

Unik memang Ninnaji karena meski wilayahnya di pegunungan, dia paling lambat berubah. Padahal, 30 menit perjalanan dengan bus dari Ninnaji, sampailah kita di tempat momiji lain yang justru paling awal berkembang. Tempat yang dimaksud adalah Takao. Takao tidak banyak dikunjungi karena lokasinya yang jauh dan hanya dilalui satu jalur bus. Tapi jangan tanya soal keindahannya. Takao menyimpan magnet momiji sekuat wilayah lainnya.

Itulah sekilas cerita momiji garidi Kyoto. Cerita di daerah lain mungkin akan sedikit berbeda. Namun tips bagi Anda yang berkunjung di musim gugur, jangan lupa siapkan baju yang lumayan tebal. Meski belum terlalu dingin, angin musim gugur bisa cukup menggigit. Jangan lupakan pelembab bibir, karena terlalu lama di udara dingin bisa menyebabkan bibir anda pecah-pecah. Selebihnya, cukup siapkan kamera dan senyum manis. Dijamin liburanmomiji gari anda di Jepang akan sangat berkesan. (*)

No comments:

Post a Comment