Search This Blog

Sunday, November 27, 2011

Menuju Jepang!

dengan AirAsia


  
This post is about Japan
Mari kita mulai kisah perjalanan kami dengan menceritakan bagaimana kami berangkat ke Jepang.  Tentunya dengan visa telah siap di tangan (atau tepatnya, di paspor…).
Kami mendapat kesempatan berangkat ke Jepang dengan biaya cukup murah (4 juta rupiah bolak-balik) hasil dari ‘adu cepat’ di situs AirAsia, ketika tahun lalu mereka baru membuka jalur Kuala Lumpur-Jepang.  Yang dapat lebih murah lagi juga ada.  Dari segi biaya, memang menggunakan AirAsia dapat membantu kita melakukan penekanan di sektor anggaran untuk transportasi.  Ditambah lagi AAX mendarat di dan lepas landas dari Haneda, bandara internasional lama Tokyo yang lebih dekat ke pusat kota daripada Narita.
Namun ada beberapa hal yang sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan:
- AirAsia tidak memiliki penerbangan langsung dari Jakarta/Indonesia, melainkan harus transit terlebih dahulu di Malaysia.  Ini berarti harus berangkat sepagi mungkin dari Indonesia, lalu menunggu beberapa jam di LCCT sebelum kemudian meneruskan perjalanan dengan AirAsia X.  Cukup menyita waktu dan energi.  Namun bila Anda tidak berkeberatan dengan hal ini, maka kami sarankan sebaiknya memesan tiket terusan dari Jakarta-Kuala Lumpur-Tokyo, sehingga tidak perlu keluar-masuk imigrasi Malaysia.  Bila Anda membeli tiket Jakarta-KL dan KL-Tokyo secara terpisah, begitu tiba di LCCT Anda harus menjalani pemeriksaan imigrasi dahulu, check-in lagi, kemudian kembali melewati imigrasi.  Kalau membeli tiket terusan, Anda hanya perlu menyambung ke bagian transfer pesawat.

Ruang tunggu di LCCT untuk penumpang AAX. Meski berfasilitas cukup lengkap, LCCT cenderung sederhana. Gabarata pun tidak ada; bersiap-siaplah berjalan kaki jauh dari/ke anjungan parkir pesawat.
- Pesawat AAX dari KL berangkat petang hari.  Karena perjalanan yang cukup panjang dan perbedaan waktu (Jakarta GMT+7, KL GMT+8, Tokyo GMT+9), kita pun akan tiba di bandara Haneda hampir tengah malam.  Risiko apa yang kita hadapi?  Kereta terakhir sudah keburu meninggalkan kita, dan bis juga sulit diperoleh.  Seorang teman (karena tidak bawa banyak bawaan dan berhasil lewat imigrasi dengan cepat) sempat naik kereta terakhir, namun itu pun ‘putus’ di tengah jalan sebelum sampai tujuan.  Ia terpaksa menyambung perjalanan dengan taksi.
Pilihan lain?
1) Mencari tempat penginapan semalam di sekitar Haneda.
2) Menghabiskan malam di Haneda, menunggu sampai kereta kembali beroperasi.
3) Naik taksi ke tempat tujuan.  Biaya yang ditetapkan bersifat fixed, tapi bisa membuat geleng-geleng kepala tidak keruan.  Berikut biaya taksi, yang masih harus ditambah biaya tol:
Edogawa-ku, Shinjuku-ku, Shibuya-ku, Taito-ku, Bunkyo-ku, Sumida-ku, Chiyoda-ku 7000 yen
Suginami-ku, Toshima-ku, Nakano-ku, Kita-ku, Adachi-ku, Arakawa-ku, Katsushia-ku, Setagaya-ku 9000 yen
Nerima-ku, Itabashi-ku 11000 yen
Musashino-shi, Mitaka-shi 13000 yen
Untungnya, meskipun kami lelah sekali ketika tiba, senyum terkembang lagi karena disapa dengan ramahnya oleh petugas imigrasi dan bea-cukai.  Petugas bea-cukai – bapak-bapak separuh baya – menanyai saya akan ke mana saja selama di Jepang.  Sewaktu saya menyebutkan tempat-tempat yang saya rencanakan untuk datangi, ia mengangguk setuju dengan antusias dan mengucapkan selamat berlibur kepada saya.  Hmmm, sekilas sepele, tapi sambutan semacam ini  sungguh membuat pendatang senang, bukan?
Menginap di mana?
Mencari penginapan yang terjangkau kantong di Jepang memang susah-susah gampang.  Bahkan penginapan bertaraf backpacker pun bisa jadi beberapa kali lipat lebih mahal daripada penginapan sekelas di negara-negara lain.  Tapi bukan berarti tidak bisa menemukan yang murah!  Beberapa nama yang bisa Anda coba adalah Sakura dan K-Hostel.  Kalau mau mencicipi kehidupan sehari-hari orang Jepang, bisa juga mencoba tinggal bersama mereka, baik melalui jalinan coach-surfers ataupun airbnb.  Kami memilih menggunakan airbnb (yang akan kami ceritakan kali lain).
Cek benar peta untuk mengetahui di mana tempat penginapan Anda berada, agar bisa merencanakan perjalanan (yang ujung-ujungnya menyangkut biaya transportasi) dengan baik.  Bila tempat Anda menginap sulit dijangkau dengan kereta (plus berjalan kaki), ini bakalan agak merepotkan, apalagi bila bawaan Anda banyak.  Iya sih, mungkin sewaktu berangkat Anda hanya membawa 1 tas kecil.  Tapi saat pulang, tas Anda bisa-bisa beranak pinak…

Gerbong kereta yang disulap menjadi kantor di depan stasiun Shibuya. Dan ya, ada SMAP dan AKB48 di latar belakang.
Kalau boleh saya menyarankan, carilah tempat penginapan yang bisa dijangkau dengan jalur kereta JR Yamanote.  Ini jalur kereta yang melingkar di bagian dalam Tokyo, dan mencapai daerah-daerah penting (serta lazim dikunjungi wisatawan) seperti Shinjuku, Shibuya, Harajuku, Ikebukuro, Shin-Okubo, Ueno, Akihabara.  Lebih bagus lagi bila bisa di daerah Shinjuku, karena dari stasiun Shinjuku mudah memperoleh kereta ke tidak saja berbagai bagian dalam kota Tokyo, namun juga kota-kota lain.  Bis-bis antarkota juga banyak menaik-turunkan penumpang di Shinjuku.
Baiklah!  Kini kita telah berada di Jepang.  Kita akan segera menengok Tokyo, Kamakura, Hakone, Kyoto, dan Nara!
Posted by Tante Guru

1 comment:

  1. Sist , mau tanya donk kalo dari haneda ke sakura hostel asakusa naik apa ya dan dimana naiknya..thx

    ReplyDelete