Search This Blog

Thursday, January 5, 2012

Shcengen Visa

Shcengen Visa

Schenen Visa
Schenen Visa
Bagi orang Indonesia sepertiku, urusan visa benar-benar bisa menjadi cerita. Ketika memutuskan untuk berangkat ke Oslo, Norwegia guna membawakan sebuah makalah, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari Visa Schengen. Warga Indonesia memang memerlukan visa untuk berkunjung ke hampir semua Negara kecuali yang di kawasan Asia tenggara. Berbeda dengan warga Negara Australia, Jepang, Amerika atau beberapa Eropa, mereka jarang sekali dipusingkan urusan visa kalau ingin bepergian. Tentu saja, kecuali jika datang ke Indonesia :)
Clive sering berkelakar soal ini “Hm, so you need a visa!? I don’t even know that” katanya. Schengen visa adalah visa yang bisa digunakan untuk mengunjungi semua Negara Schengen di Eropa. Negara-negara ini meliputi Uni Eropa dan Negara-negara Skandinavia. Norwegia tidak termasuk dalan Uni Eropa tetapi merupakan Negara Skandinavia sehingga untuk pergi ke sana aku memerlukan Schengen Visa.
Hal pertama yang dilakukan tentu saja adalah mencari alamat website kedutaan Norwegia di Australia dan akhirnya ketemu juga bahwa mereka memiliki Konsulat Jendral di Sydney, walaupun tempatnya jauh di North Sydney. Di website kedutaan Norwegia untuk Australia, dijelaskan prosedur untuk meperoleh Schengen Visa, termasuk persyaratan yang harus dilengkapi. Setelah menelpon KonJen Norwegia di Sydney, didapat informasi bahwa aplikasi Schengen visa harus dimasukkan via Konjen Denmark di Sydney. Ini memang agak aneh karena aku bahkan tidak ada rencana ke Denmark. Tapi begitulah, hal aneh memang bisa saja terjadi. Sepertinya ada kerjasama antara kedutaan/konjen negara-negara Eropa di Australia dalam menangani visa untuk meningkatkan efisiensi. Dari Konjen Denmark akhirnya diperolah alamat website yang memuat persyaratan Schengen visa selengkapnya.
Persyaratannya meliputi:
  1. Passpor yang masih berlaku dengan visa Australia yang menandakan aku berhak tinggal di dan berangkat ke Eropa dari Australia.
  2. Formulir yang sudah diisi lengkap. Bisa didownload dari website.
  3. Formulir tambahan.
  4. Surat undangan dari sponsor atau penyelenggara kegiatan yang mengundang
  5. Surat keterangan dari supervisor yang menjelaskan tujuan ke Eropa dan bahwa akan kembali lagi ke Australia.
  6. Surat yang sama dari University of Wollongong, dalam hal ini dari Student Research Centre.
  7. Bank Statement yang bisa diprint dari net banking.
  8. Asuransi kesehatan.
  9. Bukti registrasi konferensi.
  10. Bukti booking penginapan selama di Eropa.
  11. Bukti booking tiket pesawat dilengkapi itinerary.
  12. Foto dengan ketentuan khusus 2 lembar.
  13. Uang pendaftaran visa sebesar AUD 103
Tinggal di kota kecil seperti Wollongong memang kurang nyaman dalam urusan begini. Setiap kali ada urusan administrasi, hampir selalu perlu datang ke Sydney. Cukup menyita waktu dan tentunya tidak murah, walaupun selalu funkarena bisa sambil jalan-jalan.
Hari Kamis tanggal 10 Juli 2007 aku berangkat menuju Konjen Denmark di Sydney yang beralamat di 1 Alfred Street. Kantornya di gedung lantai 21 di dekat Circular Quay. Lumayan bisa sekalian jalan-jalan ke Sydney Opera House kalau memang mau.
Your head is supposed to be 30-36 mm in height. This is 29 mm” kata seorang petugas ketika memeriksa foto yang aku serahkan. Memang mereka sangatstrict urusan ini. Kurang 1 mm saja tidak ditoleransi. Akhirnya aku harus turun lagi dari lantai 21 menuju studio foto terdekat di George Street. Aku jadi ingat kejadian serupa yang menimpaku saat mengurus passpor Amerika tahun lalu. Kesalahan juga terletak pada foto. Sejarah buruk rupanya berulang kalau kita tidak hati-hati.
AUD 20,00 melayang dengan ’percuma’ untuk selembar foto. Studio ini rupanya sudah terbiasa melayani pelanggan yang mengalami masalah visa. Tinggal bilang visa untuk Eropa, dia sudah tahu apa yang harus dilakukan dan dijamin tidak akan salah. Aku bergegas naik ke lantai 21 tempat Konjen Denmark berada. Kali ini tidak ada masalah. Setelah membayar AUD 103, aku menerima receipt dan diberitahu bahwa visa akan jadi dalam waktu 12 hari kerja. Lumayan juga, 2,5 minggu kalau dihitung-bitung. Agak lama memang, tetapi itulah prosedurnya. ”The system takes over the process and nothing we can do to speed up” kata gadis di depanku ketika akau bertanya apakah tidak mungkin lebih cepat dari itu. Kalau dia sudah mengusung istilah ”system”, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Saat bergegas berjalan menuju halte bus di dekat Office Work, hpku berdering. Suara lembut di seberang memberitahukan ”your visa has been approved. Congratulation!” Ternyata penantianku tidak sia-sia. Kurang dari 10 hari, visa sudah disetujui. Saatnya berkemas untuk menjejakkan kaki di tanah Eropa.

No comments:

Post a Comment