Cara asik belajar sejarah
in traveling
“Mami, nilai prelim math 100, english 96, science 90″ Laporan Rey minggu lalu, “trus nilai PKN dan sosial studies berapa?” tanya saya pada 2 mata pelajaran yang paling Rey tidak sukai dan nilainya seringkali tak sebaik ketiga pelajaran yang dia sebutkan tadi. “Hmmm…..berapa yaaaa, pokoknya nggak sampe 80″ dengan perlahan Rey menjawab pertanyaan saya.Saya memang sudah hafal kelemahan dan kelebihan Rey. Kemampuannya di pelajaran eksakta lebih menonjol dibanding sosial. Untuk itu saya tak pernah ‘membebani’ dia dengan pencapaian peringkat di kelas, walau tetap saya beri target tak boleh lepas dari 5 besar. Hal itu saya ketahui sejak primary 3 bahwa Rey memang cenderung tak suka dengan pelajaran yang mengharuskan dia menghafal, “Boring mami… masak Rey harus hafal segini banyaknya” sambil membuka lembar demi lembar buku pelajaran IPS. “Kalo math kan Rey bisa pake logika, science asik karena Rey suka penelitian-penelitian, dan english seneng karena jadi ngerti kalo nonton film barat nggak perlu baca terjemahannya’ lanjutnya saat saya tanya kenapa malas dengan sosial studies.
Tentu sebagai orang tua saya harus mengenali strength and weakness Reyhan, itu sangat penting agar bisa mengarahkan kemana dia melangkah di masa depannya. Saya tak ingin memaksa atau cuek membiarkan dia mencari jalannya sendiri. Paling tidak saya harus memfasilitasi apa minat dan bakatnya serta membantu mengembangkan kelebihan yang dimilki agar bisa tereksplor secara optimal. “makanya Rey nggak mau SMA di Indonesia mami, karena terlalu banyak pelajaran nggak penting. Kan mami bilang kalo di New Zealand kita bisa milih jurusan jadi nggak sebel tiap ada pelajaran sosial’ (seperti tertulis di “yuk sama-sama berjuang sayang”). “Iya sayang, kita liat nanti ya. Pokoknya mulai secondary 2 Rey ikut les math, science dan english biar makin mahir buat modal nyari beasiswa SMA. Beasiswanya bisa di Singapura atau sesuai keinginan Rey ikut papi di New Zealand”, Rey mengangguk sambil tersenyum tanda setuju mendengar rencana saya itu.
Begitulah kami selalu berdiskusi dalam segala hal, saya tak pernah bertangan besi dalam mendidiknya tapi lebih ke arah melatih disiplin, mandiri, memompa semangat dan membuat dia belajar bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Untuk menyiasati kelemahan Rey dalam ilmu sosial akhirnya saya memiliki ide untuk mengajak dia mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Indonesia. Mungkin ini tak membantu dia dalam perolehan nilai yang baik di mata pelajaran tersebut tapi itu tak masalah karena acuan saya pada kemampuan Rey bukanlah nilai tapi bagaimana dia memahami setiap pelajaran yang diterima dan bagaimana dia bisa mengaplikasikannya.
Daaaaaan……niat saya akhirnya ‘terfasilitasi’ oleh promo tiket yang baru lalu dari Air Asia. Dengan kartu HSBC Air Asia saya berhasil membeli tiket Jakarta-Semarang seharga Rp. 50.000 dan Bandung-Surabaya seharga Rp. 103.000. Rencananya di dua destinasi tersebut saya akan kunjungi tempat-tempat bersejarah baik berkaitan perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan, pengenalan kerajaan dan wisata reliji ke masjid-masjid yang didirikan para sunan/walisongo dalam rangka menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Saat saya utarakan hal itu Rey menjawab, “Nah kalo gitu belajarnya kan asik mami, Reyhan mau deh (Alhamdulillah…karena biasanya dia menolak diajak plesir ke daerah panas). Tapi kapan-kapan kita ke Kerajaan Banten juga. Rey pengen kesana”, “kok pengen ke kerajaan Banten?” tanya saya heran. “hehe Rey pengen liat tempat di mana nenek (dari papinya) dilahirkan, kan katanya nenek berdarah biru dari Banten”, “kalo gitu kenapa Rey nggak tanya dan ajak nenek aja langsung kesana biar lebih afdol” seru saya menggoda karena yakin dengan jawaban Rey yang pasti hanya tersipu (nggak akan berani mengutarakannya pada nenek hehe).
Dengan begitu jadwal traveling kami di tahun 2012 yaitu New Zealand, Semarang, Phuket, Surabaya dan masih tersisa waktu kosong di akhir tahun. Inceran sih bisa mengunjungi tempat bersejarah di luar pulau Jawa (Semoga Allah SWT mengijinkan semua rencana ini terealisasi). Dan mulai tahun depan saya akan mulai mengajari Rey traveling bergaya backpacker, cihuuuuuy kebayang asiknya.
Traveling bukan sekedar hura-hura, karena saya selalu sisipkan pembelajaran dari setiap perjalanan. Teteeeeeep setuju dengan pernyataan Anita Roddick (pendiri perusahaan produk kecantikan dari bahan-bahan alami The Body Shop) bahwa “travel is a university without wall“.
Yuk belajar sejarah dengan cara asik Reyhan , gendong ransel dan langkahkan kaki sejauh keinginanmu…..
No comments:
Post a Comment