RAB Traveling : SAY NO to “HUTANG”
in traveling Tags: biaya traveling
Urusan biaya traveling akan menjadi ‘ringan’ bila direncanakan jauh-jauh hari. Saya terbiasa membuat planning 10-12 bulan sebelumnya dalam arti sudah saya ‘incer’ jatah cuti tahun depan. Besarnya anggaran tergantung destinasi dan travel style. Destinasi disini bukan berarti semakin jauh menjadi semakin mahal karena tak sedikit destinasi dalam negeri justru membutuhkan anggaran yang lebih besar dibanding luar negeri, karenanya saya selalu mencari informasi sebanyak-banyaknya dari internet untuk mendapat gambaran tentang biaya yang dibutuhkan. Sedangkan travel style, kalau mau irit ya ikuti saja gaya para backpacker tapi itu tentu tak bisa dilakukan mengingat perjalanan saya selalu bersama reyhan yang belum sepenuhnya saya kenalkan bagaimana ‘menggelandang’ saat plesir. Jadi demi keamanan, kenyamanan, keleluasaan dan kepuasaan pilihan jatuh pada gaya ‘independent traveler’.Independent traveler menjadi style favorit karena bisa bebas menentukan destinasi sesuai selera tanpa terikat seperti bila bergabung dalam paket tur yang ditawarkan para travel agent. Traveling bareng Rey, saya dituntut untuk bijak memilih destinasi yang friendly buatnya dan mengandung unsur edukasi. Selain itu, plesir tanpa travel agen membuat saya bisa ‘otak-atik angka’ sendiri yang dibuat sedemikian agar semua kebutuhan bisa tercover secara optimal tentu dengan tidak menghilangkan faktor kenyamanan (sesuai standar kami).
Perencanaan traveling jauh-jauh hari juga sangat menguntungkan karena selalu mendapat promo fare baik tiket pesawat, tarif hotel, tiket masuk destinasi wisata, dll (target saya minimal 40% dari harga normal dan alhamdulillah selalu berhasil). Selain itu dana juga telah saya sisihkan setiap bulannya ditambah uang cuti dari kantor sehingga tidak akan mengganggu pos-pos pengeluaran lainnya. Dan yang paling penting saya sangat tidak sepakat bila dana traveling adalah pinjaman baik dari lembaga keuangan maupun perorangan karena kondisi tersebut bukannya menjadikan traveling kegiatan refreshing dari rutinitas malah jadi “PR besar” yang berpotensi depresi karena terbebani bagaimana membayar hutang hehehe.
Bagi saya, RAB traveling sendiri diantaranya menyangkut kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :
1. Tiket pesawat PP : selalu mengincar promo fare. Untuk mendapat harga promo saya menjadi member berbagai maskapai penerbangan agar dikirimi imel setiap mereka memiliki program harga istimewa.
2. Biaya Hotel : juga mengincar penawaran istimewa dengan menjadi member beberapa hotel agency. Seringkali harga khusus diberikan karena tanpa layanan sarapan. Hal itu justru menguntungkan karena saya selalu membawa beras dan travel rice cooker lengkap dengan berbagai macam makanan dan minuman siap saji/siap seduh bahkan kalau memungkinkan saya bisa membeli sayur dan buah segar di pasar atau supermarket setempat.
3. Biaya Transportasi antar kota : seringkali saya tak hanya mengeksplor satu kota di sebuah negara, sehingga biaya transportasi antar kota harus dianggarkan. Penentuan besarannya tergantung jenis transportasi yang digunakan. Mau hemat tentu memakai jalur darat tapi dengan pertimbangan waktu, keamanan dan kenyamanan saya lebih memilih jalur udara. Pilihan ini justru bisa menjadi penghematan bila bandara dimana kita take off atau landing familiar untuk ‘ndlongsor’ sehingga bisa bermalam atau sekedar menunggu pagi (hemat biaya hotel hehehe).
4. Biaya Transportasi dalam kota : Tourist Pass menjadi pilihan bila telah saya bandingkan biayanya lebih murah dari tiket poin to poin (semua informasi ini saya dapat dari internet). Saya selalu memilih transportasi publik dari pada taksi (kecuali keadaan mendesak), karena public transportation di negara lain terintegrasi dengan baik, informatif, aman dan nyaman.
5. Tiket masuk tempat wisata : teteeeeep incar promo fare via internet dengan membuka website tempat tujuan.
6. Biaya makan : menjajal kuliner setempat saya pastikan hanya saat makan siang karena sarapan dan makan malam masak sendiri di hotel.
7. Visa : pembuatan visa sebisa mengkin mengikuti aturan yang ditetapkan masing-masing negara tujuan agar tidak ditolak sehingga tidak terjadi pemborosan karena biayanya hangus (beberapa negara menerapkan aturan ini misal UK).
8. Souvenir : saya dan Rey penyuka pernak-pernik khas suatu daerah. Selera saya dan Reyhan tentu berbeda membuat anggaran harus saya sediakan cukup untuk kami berdua dan oleh-oleh keluarga/teman.
9. Shopping : niat sembuhkan penyakit shopaholic membuat anggaran untuk belanja produk fashion saya kurangi, beda kondisi bila ada big sale (hingga 70% misalnya) untuk barang-barang world brand yang di Indonesia jarang ditemui. Tapi sejauh barang ‘BIASA’ atau diskon produk world brand sekitar 10-20% mending urungkan niat untuk belanja .
10. Biaya lain-lain: untuk mengcover kondisi darurat seperti kecopetan (belum pernah terjadi dan semoga takkan pernah terjadi). Dana ini biasanya tidak saya simpan dalam bentuk cash guna menghindari penggunaannya untuk keperluan lain yang sudah dianggarkan.
11. Disiplin : poin-poin diatas takkan berguna bila tidak disiplin mematuhi apa yang telah ditetapkan. Untuk itu saya selalu mengkomunikasikan kepada Rey agar dia juga tahu berapa anggaran dari masing-masing pos. Dan selama ini kami alhamdulillah berhasil ‘patuh’ sehingga tak pernah ada kejadian ‘TEKOR’ dan mendadak miskin sepulang traveling hehehe.
We’r luv traveling, enjoy it before and after
No comments:
Post a Comment