Search This Blog

Wednesday, January 11, 2012

ITALIA Ciampino

ITALIA bagian 1

ROMA
2 malam tidur di bandara Ciampino
Roma Ciampino AeroportMalam pertama kami menginap disini tanggal 4 April 2011 saat mendarat usai penerbangan dari Paris by Ryan Air. Pukul 23.15 adalah waktu yang tidak memungkinkan untuk kami keluar dari bandara sehingga bergabung dengan para ‘penginap’ lainnya adalah pilihan terbaik. Karena telah berpengalaman di Brussel jadi kami sudah punya trik agar bisa tidur dengan aman dan nyaman. Membuat pengamanan tas dengan tali temali lalu menatanya menjadi ‘kasur’ untuk Rey, sedangkan saya berbaring di kursi. Terlihat banyak orang yang tertidur dengan tenangnya dilantai hanya beralas Koran. Melihat tas yang dibawanya (ransel segede gambreng) dapat diidentifikasikan mereka adalah sang petualang sejati alias bekpeker. Malam kedua kami bermalam adalah tanggal 6 april, karena penerbangan Ryan Air menuju Milan 7 April pukul 06.50.

latar 'spanish steps'
Menginap di bandara sudah saya rencanakan sejak di tanah air sehingga tidak memesan hotel untuk tanggal-tanggal tersebut. Pengalaman ini merupakan yang pertama bagi kami selama traveling. Cerita yang saya baca dari berbagai sumber tentang menginap di bandara merupakan jurus jitu untuk berhemat bagi para bekpeker ternyata benar adanya. Awalnya saya ragu melakukan itu karena khawatir Rey akan protes tapi Alhamdulillah kekhawatiran itu tak terjadi. Rey bisa menyesuaikan diri tanpa mengeluh sedikitpun. Ahh….makin bersemangat  nanti saat Rey telah remaja bisa memulai petualangan  dengan gaya bekpeker.
Ryan Air, cetak sendiri boarding passnya

RyanAir Cabin
Selain Easyjet, ada 2 rute penerbangan kami yang menggunakan maskapai penerbangan RyanAir yaitu Paris-Roma dan Roma-Milan. RyanAir menjadi pilihan karena harganya yang super duper ekonomis hehehe. Untuk kedua rute tersebut saya berhasil membelinya saat promo dengan harga masing-masing €6,99 dan €4,99 (per person, exclude tax and luggage fee). Aturan untuk koper yang masuk bagasi sama dengan Easyjet yaitu masing-masing 1 buah tiap penumpang dengan berat sesuai yang kita pesan, untuk kelebihan berat setiap kilogramnya dikenakan denda £20/€20 . Sedangkan tas yang diperbolehkan masuk cabin ukuran dan berat maksimal adalah 55cm x 40cm x 20cm dan 10kg. 1 hal terpenting yang harus diingat bahwa RyanAir mengharuskan penumpangnya melakukan online check in maksimal 15 hari sampai dengan 4 jam sebelum keberangkatan. Kalau hal ini tidak dilakukan maka akan dikenakan denda sebesar €40/£40.  Oleh karena itu sejak di Bandung saya sudah melakukan online check in dan mencetak sendiri boarding passnya. Ada sih fasilitas cetak boarding pass di bandara tapi dengan biaya antara €1-€2 per lembar (hikzzz mahal banget, ogah deh).
Hotel dengan lift ‘si Chucky’
lift jadul
Hotel Viennese Due
Hotel Viennese Due yang saya pesan hanya berjarak 100 meter dari stasiun Termini dan tepat di depan pemberhentian Terravision airport shuttle bus (Ciampino-Termini harga €4/orang). Sengaja saya memilihnya agar mudah menuju kota dan kembali ke bandara untuk penerbangan selanjutnya. Fasilitas hotelnya antara lain :  breakfast, free wifi lengkap dengan laptopnya, king size bed, private toilet & Bathroom, bahkan tersedia DVD player. Dan yang paling menarik  adalah liftnya yang sangat klasik mengingatkan kami pada film chucky si boneka hidup yang kejam (favorit Rey). Lift ini hanya mampu menampung 2 orang dengan 2 koper besar. Sungguh pemandangan yang kontras antara tampilan luar hotel yang ‘tua’ dengan kondisi kamar yang cantik dan modern.
Suapan nasi terakhir
perbekalan kami selama di Eropa
Sesuai rencana, Roma merupakan kota terakhir saya memasak nasi.  Selain perbekalan yang habis, kami juga telah  mengagendakan di kota selanjutnya memiliki banyak kesempatan untuk wisata kuliner. Kami berdua sama-sama penyuka masakan Italia seperti pizza, spaghetti dan lasagna sehingga ingin merasakan cita rasa di Negara asalnya.
Stadio Olimpico
Sebenarnya Stadio Olimpico dimiliki oleh pemerintah kota Roma, namun menjadi ‘markas’ sementara klub sepakbola AS Roma sebelum klub asuhan Vincenzo Montella ini memiliki lapangan sendiri. Rey sebenarnya bukan penggemar klub AS Roma melainkan gandrung pada Juventus, tapi setelah mencari informasi tentang markas Juve saya tak bisa meluluskan keinginan Rey karena faktor jarak sebagai gantinya saya tawarkan Stadio Olimpico.
Rey di loket karcis Stadio Olimpico
stadio olimpico
Menginjakkan kaki disini butuh perjuangan, kami harus berjalan cukup jauh dari pemberhentian tram. Tapi dasar ini keinginannya, Rey tak terlihat lelah sedikitpun. Stadion berkapasitas 82.307 merupakan markas bersama AS Roma dan S.S Lazio.  Namun terdengar kabar dalam waktu dekat Thomas di Benedetto seorang pengusaha asal AS sebagai pemilik baru AS Roma akan membangun stadion baru di Massimina, sebuah kawasan di ibu kota Italia.
1 day travel @Roma
Rey sangat senang walau hanya melihat-lihat dan berdiri di loket penjualan karcis seakan dia sedang membayangkan berada di dalam antrian orang-orang yang hendak membeli tiket untuk melihat pertandingan disini. Hmmm….saya jadi ‘miris’ dan menyesal kenapa tak ada pertandingan sehingga kami tak bisa masuk untuk ‘menyempurnakan’ keinginan anak semata wayang saya ini.
Colosseum & Palatine Hill
Colosseum adalah gedung berbentuk elips yang didirikan oleh RajaVespasian pada masa Kaisar Romawi  yang selanjutnya diselesaikan oleh anaknya Titus. Bangunan bernama asli Flavian Amphitheatre ini merupakan salah satu karya terbesar dari arsitektur Romawi yang pernah dibangun. Gedung ini merupakan tempat pertunjukan yang besar/amphitheatre, konon sekitar 9000 hewan buas terbunuh pada 100 hari pertama peresmian dan pembukaan bangunan tersebut. Lantai yang tertutup oleh pasir dimaksudkan untuk mencegah darah-darah tidak mengalir kemana-mana karena disini merupakan arena pertarungan binatang (venetaiones), pertarungan antara tahanan dengan binatang, eksekusi tahanan (noxii), pertarungan air (naumachiae) dan pertarungan antara gladiator. Dan selama ratusan tahun diperkirakan ribuan orang dan binatang tewas disini. Nama Colosceum sendiri diambil dari nama sebuah patung setinggi 40 meter yaitu Colossus.
colosseum
“Mami, kok gladiatornya kurus, pendek dan tua gitu ya. Nggak sama dengan yang ada di film” Rey mencibir melihat para gladiator yang mendekat menawarkan diri untuk berfoto bersama, dia hanya menggeleng dan langsung pergi menuju pintu masuk.
palatine hill
Dengan tiket €15 per orang (dewasa dan anak sama kecuali bagi warga Uni Eropa ada perbedaan harga untuk anak dibawah 12 tahun, hari gini kok masih diskriminasi yak) kami  masuk ke dalam situs sejarah peninggalan peradaban Romawi kuno ini. Saya jadi membayangkan suasana pertunjukan, serem amat sih mosok manusia bertarung dengan binatang hiiiiii …..membuat bulu kuduk langsung berdiri. Ah mending melihatnya dari sisi lain saja, menjadikan  reruntuhan ini sebagai latar untuk berpose hahaha (tetep narsiiiiiiis). Walau bermodal kamera saku dengan fotographer ‘mungil’ saya pun siap beraksi untuk di ‘jeprat-jepret’ (lebaaay).
Dari Colosseum kami langsung menuju Palatine Hill karena tiket yang dibeli termasuk untuk atraksi ini.
Beli tiket trenitalia di Termini
Termini
Sebelum menuju Milan dengan pesawat RyanAir, di stasiun Termini saya membeli tiket kereta Trenitalia untuk perjalanan : Milan-Verona, Verona-Venice, Venice-Florence dan Florence-Pisa. Hal ini membuat saya merasa cukup lengkap menjajal berbagai macam moda transportasi Eropa yaitu pesawat, bis, mobil sewaan, dan kereta.
Pembelajaran untuk Reyhan : -  Melatih gaya bertualang ala bekpeker
-  Mengenal peninggalan peradaban Romawi kuno

VATICAN

Manyunnya Rey lebih mancung dari hidungnya
belum masuk museum, masih ceria
gerbang keluar museum vatikan
Naik metro dari Stasiun Termini Roma hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit menuju Vatikan. Kami turun di Stazione Ottaviano San Pietro Musei Vaticani. Mengikuti petunjuk sampailah kami di museum Vatikan. Tujuan saya kesini ingin membuktikan kebenaran cerita tentang keindahan kapel Sistine yang langit-langit dan dindingnya dipenuhi lukisan karya Michelangelo.
Di Negara terimut sedunia yang hanya seluas 440.000 meter dan berpenduduk kurang dari seribu orang ini saya merasakan ‘sesuatu’ yang berbeda. Sesuatu yang menyiratkan suasana ‘santrinya’ umat katolik.
Museum Vatican sangat luas dan dipenuhi oleh karya seni berupa patung dan lukisan. Inilah awal manyunnya Rey. Dia memang bukan penyuka pelajaran menggambar atau melukis sehingga destinasi wisata ini amat sangat membosankan untuknya. “Rey sebel mami, boring….apalagi semua patung dan lukisannya manusia telanjang. Rey nggak mau liat” sambil manyun dia menggerutu, “plis deh Rey, mami pengen ke kapel Sistine. Penasaran kayak apa lukisan Michelangelo” saya meminta Rey bersabar menemani. Bahkan saat saya ingin berfoto di salah satu lukisan saja dia tak mau mengambilkan gambarnya. Hal yang belum pernah terjadi selama euro trip ini. “Rey tau nggak, ini adalah karya seni yang sangat terkenal di seluruh dunia dan banyak orang berharap bisa melihatnya. Nah kita sekarang udah ada disini jadi sayang dong kalo nggak diliat” saya berusaha merayunya dengan memberi pengertian tapi tetap Rey tak bergeming dan mulutnya makin manyun sehingga tampak lebih mancung dari hidungnya xixixi.
masuk museum, mulai manyun
Rey memang selalu mendapat nilai sempurna di pelajaran sains, adalah hal yang biasa bila nilainya selalu seratus bahkan di dalam rapornya sekalipun. Kondisi terbalik ada pada pelajaran kesenian khususnya menggambar yang merupakan nilai terendah dari nilai lainnya, jadi memang sebenarnya saya paham bila Rey sangat tak suka berada di Museum ini tapi tadinya saya berharap dengan melihat keindahan ini bisa menggugah dia untuk mau sedikit belajar menggambar. Tapi ternyata usaha saya tak bersambut, dia makin manyun dan minta segera pulang. “mami janji, hanya ke kapel Sistine trus kita  pulang” akhirnya saya mengalah melihat wajah Rey yang makin tak karuan.
jatuh cinta ama tangga putar ini
di salah satu ruangan museum
Kapel Sistine memang sangat indah, saya memandangi langit-langit dan dinding hasil guratan tangan sang maestro. Takjub….terlepas dari makna yang berbeda dari keyakinan saya sebagai seorang muslim namun saya bisa melihat betapa karya seni ini pantas bila banyak melahirkan decak kagum. Di ruangan ini kami tidak boleh berisik dan dilarang mengambil gambar.
gelato, obat manyunnya Rey
Sesuai janji, dari kapel Sistine saya tak mampir ke ruangan lain. Menuju arah keluar kami melewati sebuah tangga putar yang sangat cantik sehingga tak terasa lelah saat menuruninya. Untuk mengobati kekesalan Rey, diluar museum kami membeli gelato sambil duduk santai sekalian beristirahat. Dan saat itu saya mengatakan padanya bahwa setelah ini kita akan ke Stadio Olimpico, markasnya AS Roma. Baru deh senyumnya terlihat lagi. Hmmm….dasar anak-anak.
Harga tiket masuk                   : €15 Pembelajaran untuk Reyhan :
-  Mengenalkan hasil karya seni
-  Mengajarkan toleransi terhadap umat beragama lain

No comments:

Post a Comment