Search This Blog

Wednesday, January 11, 2012

Marne-La-Valle menuju Disneyland

PARIS

Lunch……mommy handmade @Hotel
Hotel Metropol
Landing di bandara Paris Orly tanggal 2 April 2011 pukul 11.10 saya langsung membeli tiket metro menuju Gare du nord station. Hotel Metropol (bintang 3) yang beralamat di  98 Rue de Maubeuge Paris  hanya berjarak sekitar 1 km dari stasiun. Namun demi menghemat waktu dan tenaga saya memutuskan untuk menggunakan taksi menuju hotel, karena dengan pemikiran kalau naik taksi tak perlu susah mencari lokasinya. Kami menyeberang menuju tempat pemberhentian taksi, saya menyerahkan alamat hotel pada driver dan dia tersenyum sambil berkata :”it’s so close from here madame, you can walk approx 10 minutes”. “I see but we have a heavy luggages and I think my son very tired” saya menimpali, “ok come in” akhirnya dia mempersilakan kami masuk taksi, “but you have to pay minimum payment for ten euro” lanjutnya, “its oke, never mind” balas saya. “Alhamdulillah Rey, kita nggak perlu susah dan capek ya kali ini”, Rey hanya menggangguk dan senyum menanggapi ucapan saya.
Sesampainya di hotel yang hanya memerlukan waktu 10 menit perjalanan (waktu yang sama bila kami berjalan) karena jalur kendaraan satu arah menuju hotel sehingga harus mengambil jalur memutar melewati beberapa jalan utama sekitar Gare du nord. Sopir berdarah arab tersebut ternyata seorang muslim, saya ketahui setelah kami bercakap singkat selama perjalanan tadi. Dia turun dan membantu saya menurunkan 2 koper yang beratnya masing 20 kg itu. Saat saya akan membayar, tiba-tiba dia menolak seraya berkata “its free for you madame, I just wanna help you and your son”, “subhanallah…thank you very much sir” ucap saya tak bisa menyembunyikan rasa bahagia menerima kebaikan itu. Saya tak sempat bertanya siapa namanya, tapi kontan dalam hati mengingat Allah SWT, berucap syukur karena kehadiranNya selalu dapat kami rasakan.
balkon hotel
Kami langsung cek in untuk 2 malam, dan membayar tarif tanpa sarapan tapi free wifi dan private toilet & bathroom. Lokasi Hotel Metropol ini sangat strategis karena bus stop tepat berada di depannya. Bis-bis dengan rute destinasi wisata kota Paris seperti : Eiffel, Lafayette, Champ Elysees, Museum Louvre dll.
Naik ke lantai 2 dengan lift yang ‘klasik’ kalau tidak boleh saya katakan jadul hehe, dan ternyata di dalam kamar tak tersedia teko pembuat kopi sehingga saya sempat bingung bagaimana cara masak air untuk membuat susu. Rey dengan ide cerdasnya mengatakan “pake rice cooker aja mami, tombolnya di posisi cooking pasti deh mendidih airnya”, walau agak ragu saya ikuti  dan ternyata benar hahaha, “senangnya punya anak cerdas ya gini ini” batin saya tanpa memperlihatkan kekaguman sedikitpun pada Rey karena hal itu akan membuat saya ‘kalah set’ lagi di hadapannya xixixi.
Setelah makan siang dengan menu standar dan minum susu hangat, kami langsung menuju Eiffel naik bus nomor 42. Sebelumnya saya telah membeli carnet di toko tobacco persis di ujung jalan sejajar hotel kami. Carnet adalah alat pembayaran bus maupun metro di kota Paris, harga €12/bungkus  (isi 10 lembar).
1st day @Paris, amaziiiiiiing…….
Bus no 42 sebelum sampai Eiffel melewati Galeries Lafayette, saya ingin turun disini namun Rey geleng-geleng sambil melotot karena tau tabiat emaknya kalau berada di kawasan fashion, sayapun hanya bisa memandangi gedung berkubah warna-warni itu dari dalam bis sambil menahan geram dan kesal grgrrrr. Akhirnya saya berhasil merayu Rey turun di Champs Elysees yang merupakan avenue ibukota Perancis. Saya sangat terkesan dengan jalanannya yang sangat mulus bak kulit wajah para beautician di klinik perawatan wajah langganan saya. Jalan raya ini mulai dibangun tahun 1670 dan diresmikan pada 2 Maret 1864. Memiliki panjang hampir 2 km (1910 meter)dengan lebar 70 meter. Di sepanjang jalan ini terdapat butik fashion kelas dunia, café dan resto high class, ada juga mall dan bioskop. Konon harga sewa tanah di lokasi ini merupakan salah satu yang termahal di dunia yaitu sekitar 12,5 milyar/tahun. Kami terus berjalan dan saya hanya menikmati kemewahan area ini tanpa bermaksud belanja (bisa mendadak bangkrut booo….hahaha), di ujung jalan sampailah kami di Arc de Triomphe.

di dalam bis
Kami melanjutkan perjalanan menggunakan bis lagi menuju Eiffel. Menara yang tak perlu lagi diceritakan keindahannya ini merupakan objek wisata utama di Paris. Akhirnya Rey melihat kokohnya Eiffel secara langsung, “kok bisa ya orang jaman dulu bikin menara sekuat dan sebesar ini mami? Gimana cara buatnya ya?” oalah dalah gimana ya, saya nggak bisa menjawab pertanyaan Rey dan hanya mengatakan “nanti kita cari infonya kalo udah sampe rumah ya sayang”
Eiffel yang terletak ditepi sungai Seine Paris ini dibangun tahun 1889 dan diresmikan pada 31 Maret 1889 namun baru dibuka pada 6 Mei 1889. Salah satu perancangnya Gustave Eiffel menjawab kritikan banyak pihak di surat kabar Le Tempts edisi 14 Februari 1887 “Fenomena apa yang menjadi pertimbangan utama saya dalam mendesain menara ini? Jawabannya adalah ketahanan terhadap angin,” kata Eiffel. Lebih lanjut Eiffel menyatakan bahwa lengkungan empat sisi luar menara sebagaimana perhitungan matematika, akan memberikan pemandangan bagus terhadap kekuatan dan keindahan sehingga meninggalkan kesan kecanggihan desain secara keseluruhan. Eiffel dibangun selama 18 bulan, konstruksinya terdiri dari sekitar 10.000 potong besi cor sambungan yang dikerjakan 230 pekerja dan memakan korban satu jiwa. Sedangkan perancangnya adalah 50 orang insinyur yang menghasilkan 5.300 gambar bagian menara untuk menggabungkan sekitar 18.000 potong besi cor penopang yang berbeda-beda bentuknya. Ide merancang Eiffel sendiri muncul saat Perancis ingin merayakan 100 tahun Revolusinya tahun 1889. Pada awal berdirinya, Eiffel hanya mengantongi ijin berdiri selama 20 tahun, sehingga pada 1909 Pemerintah berencana akan meruntuhkannya tapi setelah terbukti mampu menarik perhatian dunia dan mendatangkan begitu banyak turis asing maka rencana tersebut urung dilakukan. Walau gelar sebagai menara tertinggi tidak lagi disandangnya karena pada 1930 ‘dikalahkan’ oleh Chrysler Building di New York City, namun Eiffel tetap memikat dan menjadi ikon utama kota Paris.
Kami datang ke Eiffel 2 kali saking terpesonanya hehehe, hari pertama saat matahari masih bersinar yang kedua saat matahari mulai tenggelam sehingga bisa menyaksikan cantiknya Eiffel ‘berselimut’ lampu dan  pertunjukkan lampu suar dari puncak menara yang membuat saya merinding.
  Harga tiket         Dewasa     usia 12-14      usia 4-11 - lift sd lt. 2          €8,20         €6,60              €4,10
- lift sdpuncak     €13,40       €11,80            €9,30
- tangga sd lt.2    €4,70         €3,70              €3,20
Opening tim : berubah-ubah tergantung musim/cuaca. Tapi biasanya antara pukul 09.30-23.30
Having fun @Disneyland
Naik metro dari Gare du Nord lalu turun di Gare de Lyon untuk ganti naik RER line A menuju Disneyland. RER line A adalah sebuah line dengan split 2 ujung yaitu Boissy Saint Leger dan Marne La Valle dan Disneyland berada di stasiun Marne-La-Valle/Chessy. “Keretanya bau mami dan nggak ada gambar kartun-kartunnya  kayak di Hongkong” Rey protes dengan penampilan dan aroma tak sedap kereta yang kami naiki. Memang benar penilaian Rey, kereta RER tersebut menjadi nilai negatif yang kami rasakan setelah segala keindahan yang kami temui sebelumnya.
Cuaca mendung saat kami sampai (cuaca yang sama saat ke Hongkong Disneyland), kami langsung menuju pintu masuk studio Disneyland sebelum menuju Disneyland park. Dengan menunjukkan bukti pembelian tiket secara online yaitu yaitu 2 park/ 1 day (hanya dijual secara online) seharga £51/adult dan £46/child. Harga yang saya bayar dalam mata uang Poundsterling karena mencantumkan negara domisili united Kingdom (Indonesia tak ada dalam daftar jadi ngaku aja wong London sah-sah aja toh hehehe).
Tiket Disneyland adalah yang termahal dari semua tiket atraksi yang saya beli, awalnya sempat kesal dan under estimate kenapa harus semahal itu sih untuk sebuah arena permainan anak-anak. Namun tak lama pikiran itu ternyata salah besar karena disini kami tak hanya disuguhi berbagai permainan dari berbagai tokoh Disney yang lucu dan imut tapi kami juga bisa melihat berbagai macam teknik pembuatan film kartun mulai yang sederhana sampai yang canggih. Selain itu kami juga bisa melihat proses pembuatan film action, horor maupun komedi. Semua atraksi disini belum pernah kami lihat sebelumnya. Salah satunya saat menaiki Studio Tram Tour semacam kereta layaknya kereta api  di taman lalu lintas Bandung. Sepintas saya hanya berpikir “paling nanti hanya disuguhi tontonan aneka tokoh kartun khas disney” ternyata pemikiran tersebut keliru karena selama perjalanan selama lebih kurang 60 menit kami disuguhi dengan berbagai informasi tentang proses pembuatan sebuah film lengkap dengan triknya. Bahkan saya sangat terkesima dengan teknik pembuatan film saat terjadi kebakaran dan banjir bandang, dimana kereta yang kami naiki bergoyang seakan digoyang air yang tiba-tiba menyembur deras dari gunung atau bukit buatan di samping kiri kami dan setelah air itu seakan menggenangi kereta, kami dikagetkan lagi oleh suara ledakan yang berasal dari terbakarnya kendaraan bahan bakar minyak yang berada di bukit tadi. Apinya benar-benar ada dihadapan kami dan terasa panas di wajah,kontan sekujur tubuh saya lemeeeeeeeeees, dan seperti biasa Rey berkesempatan meledek emaknya. Selepas adegan tadi kami juga masih diberi kejutan-kejutan lain yang tak kalah seru seperti adanya adu tembak dari 2 kubu yang berperang. Keadaan itu sangat persis dengan apa yang sering dilihat di film-film action. Lagi-lagi saya dibuat lemes tapi tak sedahsyat sebelumnya hehehe (takut diledekin Rey lagi).
Studio Tram Tour
Studio Tram Tour
Selain itu masih banyak atraksi seru lainnya seperti : Tower of Hollywood yaitu petualangan horror. Rock ‘n rollercoaster membuat saya dan Rey ‘mabok’ karena liukannya mencapai hingga 360 derajat sambil diiringi music rock&roll. Cinemagic, membuat kami terkesima oleh tayangan film lengkap trik magicnya. Armageddon effets speciaux, kami merasakan suasana seperti film yang diperankan oleh Ben Affleck & Bruce Willis. Dan masih banyak atraksi lainnya.
Hari itu kami makan di resto fast food yang berada di studio 1, kami memesan kentang goreng, burger, chicken nugget dan soft drink. 1 hal yang menjadi perhatian Rey “pelayanannya cepet ya mami”. “iya harusnya fast food di Indonesia menyontek model pelayanan kayak gini ya Rey biar ga usah antri lama kalo mau makan”. Pemesanan makanan disini memang tergolong sangat cepat. Hanya sekitar 5 menit kami antri untuk melakukan pemesanan di kasir yang berada di depan (sekitar 2 meter dari tempat pengambilan pesanan). Setelah pesan dan bayar kami langsung maju ke tempat pengambilan makanan dan hanya perlu 1 menit sudah membawa makanan yang dipesan. Wah ini cocok dengan slogannya “fast food”. Menurut pengamatan saya dan Rey yang membuat pelayanan cepat adalah adanya banyak kasir sehingga petugas penyedia makanan tinggal melihat order yang telah dibayar konsumen dari data komputer yang dikirim oleh kasir. Ide yang cerdas.

wayang Ind ada di Paris, bangganya....
Menjelang sore dan hujan mulai turun saya mengajak Rey menuju Disney Park yang berada di sebelah gedung studio ini. Tak ada yang menarik perhatian Rey disini sehingga hanya berjalan-jalan dan melihat sepintas tiap atraksi yang ada. Yang paling banyak terdapat disini adalah toko souvenir dan café. Karena kami sudah makan dan belanja di studio tadi maka tak tertarik lagi untuk hal itu. Tak butuh waktu lama kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan.
Museum Louvre (Musée du Louvre)
didepan pintu masuk louvre
berebut memotret monalisa
Salah satu museum terbesar di dunia ini bertempat di gedung bekas istana yang lokasinya tepat diantara sungai seine dan Rue de Rivoli. Sebagian dari istana tersebut dibuka sebagai museum pada 8 November 1793  saat Revolusi Perancis. Salah satu karya seni paling populer dan ‘diincar’ pengunjung adalah lukisan Monalisa. Monalisa atau La Gioconda (La Joconde),  adalah lukisan minyak di atas kayu popular yang dibuat oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16. Lukisan ini sering dianggap sebagai salah satu lukisan paling terkenal di dunia karena senyuman misteriusnya. “Betul ya mami senyuman Monalisa tuh emang misterius”, “misterius gimana maksud Rey?” Tanya saya memancing penjelasannya “Liat deh dia senyum ke kita tapi matanya kayak sedih, senang atau takut gitu” saya tersenyum mendengar penjelasannya sambil bergumam dalam hati “bisa aja nih anak kecil hehehe”. “Rey jadi inget film Mr.Bean waktu dia ngrusakin lukisan ini hahaha” tambah Rey sambil tertawa, pasti teringat tingkah kocak komedian tanpa suara itu.
tumben ranselnya kugendong yak hehe
carnet
Lukisan yang dimiliki oleh pemerintah Perancis ini berasal dari biografi Giorgio Vasari tentang Leonardo da Vinci yang terbit 31 tahun setelah ia meninggal dunia. Di buku ini disebutkan bahwa wanita dalam lukisan adalah Lisa Gherardini, istri Francesco del Giocondo seorang pengusaha kaya asal Firenze (Florence). Mona dalam bahasi italia adalah singkatan dari madonna yang berarti “nyonyaku”. Sehingga judul lukisan artinya adalah Nyonya Lisa. Dalam bahasa Italia biasanya judul lukisan ditulis sebagai Monna Lisa (double n).La Gioconda adalah bentuk feminin dari Giocondo. Kata giocondo dalam bahasa Italia artinya adalah “riang” dan la gioconda artinya adalah “wanita riang”. Berkat senyum Mona Lisa yang misterius ini, frasa ini memiliki makna ganda. Begitu pula terjemahannya dalam bahasa Perancis; La Joconde. Nama Mona Lisa dan La Gioconda atau La Joconde menjadi judul lukisan ini yang diterima secara luas sejak abad ke-19. Sebelumnya lukisan ini disebut dengan berbagai nama “Wanita dari Firenze” atau “Seorang wanita bangsawan dengan kerudung tipis”. (sumber : Wikipedia)
futuristik
klasik
Selain lukisan monalisa kami tertarik pada bangunan piramida kaca yang berada di taman museum. 1 buah piramida kaca besar berfungsi sebagai pintu masuk dikelilingi oleh 3 buah piramida kecil. Pembangunan piramida ini merupakan ide Presiden Perancis yang ‘berkuasa’ saat itu (1984) yaitu Francois Mitterrand dan dirancang oleh arsitek I.M Pei. Bangunan setinggi 20,6 meter ini seluruhnya terbuat dari kaca. Panjang bagian dasarnya 35 meter, terdiri dari 603 kaca berbentuk belah ketupat dan 70 buah kaca berbentuk segitiga. Bangunan piramida yang berkesan modern dan futuristik ini menjadi kontras dengan bangunan depan museum yang klasik. Tapi menurut saya disitulah keunikan dan keindahannya karena berhasil menggabungkan unsur klasik dan futuristik.
Difference culture
Reyhan selalu mencolek dan berbisik pada saya bila melihat pasangan yang berciuman. Kondisi itu ditemui hampir disemua tempat. Di dalam bis, di metro, di stasiun, taman sekitar Eiffel bahkan dalam antrian masuk atraksi di Disney. “tuh mami ada yang ciuman lagi”, yang paling membuat dia bergidik saat melihat pasangan sejenis baik kaum homo atau lesbi berciuman (di Eropa itu adalah hal yang lumrah). Saya memberi penjelasan bahwa inilah salah satu budaya barat yang boleh kita ketahui tapi tidak untuk diikuti, sebaliknya saya balik bertanya pada Rey, “boleh nggak kita berciuman?” dengan polos Rey jawab nggak, “salah, jawabannya boleh kalau kita lakukan itu dengan pasangan setelah menikah dan tidak dilakukan di tempat umum”. “Tapi kan kalau homo dan lesbi nggak boleh mami” Rey tak puas dengan penjelasan saya. “nah kalau itu menurut ajaran agama kita emang nggak boleh tapi bagi mereka itu kan lain. Jadi Rey nggak usah liat kalau ada yang kayak gitu ya, cukup kita tau tapi nggak usah pedulikan karena kita emang beda budaya. Jangan bikin mereka marah karena nggak nyaman diliatin terus”, “iya mami” jawab Rey singkat menanggapi penjelasan panjang saya.
Pembelajaran untuk Reyhan : - Melihat secara langsung kokohnya menara Eiffel sehingga mengusik keingintahuaan tentang proses pembuatannya
-  Berbagai atraksi di Disneyland memberi pengalaman dan pengetahuan tentang teknik pembuatan sebuah film
-  Mengenal budaya barat yang tidak perlu diikuti

No comments:

Post a Comment